10 Istilah Kuliner Paling "Menjijikkan" yang Sering Digunakan

Di masa kini, dunia kuliner berkembang sangat pesat (thanks buat Food Blogger yang sudah memberikan kontribusi lewat informasi kuliner mereka di blog, serta acara televisi yang banyak mengulas hal-hal yang berhubungan dengan kuliner ..... ). Perkembangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan makanan yang tadinya tidak diketahui orang, kini menjadi yang paling banyak dicari. Tidak hanya itu : Para Food Lover sampai rela berkunjung ke pelosok kota, desa, atau bahkan dunia hanya untuk mencicipi makanan "asing" tersebut.

Perkembangan kuliner disertai pula dengan perkembangan istilah-istilah kuliner yang unik. Istilah tersebut tidak saja menjadi "bahasa gaul" para penikmat kuliner, tetapi juga ungkapan tentang suatu makanan tersendiri. Meski sudah lazim digunakan, tapi tidak banyak orang tahu kalau ada beberapa istilah kuliner tersebut yang aslinya bermakna "menjijikkan" dan tidak pantas digunakan. Tapi karena sudah kadung dipakai orang sebumi, akhirnya istilah itu pun menjadi kata yang "normal-normal saja", bahkan terkesan eksotik. Istilah apa sajalah itu?

1. ORGASMIC & SEDUCTIVE
Kedua istilah ini bermakna sama dan merupakan istilah kuliner yang kerap digunakan restoran terkemuka di dunia untuk menggambarkan sebuah makanan mahal yang penampilannya sangat indah dan menggugah untuk dimakan.

Padahal, arti dari kedua istilah ini sendiri sebenarnya sangat jauh dari makna kuliner. Orgasmic merupakan bahasa Yunani dengan kata dasar "Orgasmos" yang berarti "mencapai puncak kepuasan hubungan intim, di mana otot-otot sekitar kemaluan mengalami kontraksi hebat, dan melepaskan kenikmatan yang tiada tara".
Orgasmic & Seductive Food
Sedangkan "Seductive" sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti "tindakan menggoda seseorang untuk melakukan hubungan intim".

Tidak jelas apa maksud restoran ternama tersebut menggunakan kedua istilah tersebut untuk makanan-makanan "best-seller" mereka. Dan Jurafsky, ahli komputer dan linguistik Stanford University, dalam seminar American Association for the Advancement of Science (15 Feb 2015) berpendapat bahwa tujuan restoran tersebut menyebut makanan mereka sebagai makanan "Orgasmic" dan "Seductive", selain makanan tersebut bicara tentang "kenikmatan", juga karena "kebiasaan" para konsumen yang sering segera melakukan hubungan seksual dengan pasangannya usai menyantap makanan yang mereka makan di restoran tersebut.



2. MOUTHFELL
Bagi pecinta tontonan kuliner, tentu pernah mendengar istilah "Mouthfell", yaitu kesan yang didapat seseorang saat mengunyah suatu makanan, misalnya makanan tersebut memiliki tekstur yang lembut, aroma bumbu berpadu sempurna dengan sayur-mayur di dalam mulut, seolah meledak-ledak di dalam mulut. Sensasi apapun yang Anda rasakan saat mengunyah makanan di dalam mulut, itulah yang disebut "Mouthfell".

Meski arti sebenarnya seperti itu, banyak orang berpendapat "Mouthfeel" adalah istilah yang cukup menjijikkan karena bisa juga berarti "Aroma suatu benda yang dimuntahkan / keluar dari mulut seseorang".



3. MOIST
Istilah "Moist" biasa digunakan untuk menyebutkan kondisi kue yang dalam kondisi "basah" (tidak kering) atau lembab. Bisa juga untuk menyebutkan teknik memasak yang menggunakan media basah (misalnya Moist Heat Cooking).

Tapi bagi sebagian orang, istilah ini merupakan istilah yang sebenarnya kurang pantas digunakan di dunia kuliner. Seperti yang Anda ketahui, "Moist" merupakan bahasa Inggris yang berasal dari kata "Moisture" (Lembab). Dan bicara soal lembab, ada dua hal yang akan muncul di benak banyak orang: Keringat dan Jamur. Nah, sekarang : Maukah Anda mencicipi makanan yang "berkeringat" dan "berjamur"?



4. ARTISANAL
Merupakan istilah kuliner untuk menyebutkan semua produk makanan yang diproses dengan cara dibakar / dipanggang di atas bara api, seperti roti bakar, pizza, dan Burger.

Istilah ini sebenarnya berasal dari kata bahasa Perancis "Artisan" yang berarti "Produk Ukiran / Kerajinan Tangan yang dinikmati oleh mata". Entah mengapa, saat digunakan untuk kuliner, kata "Artisan" berubah menjadi "Artisanal". Banyak orang berpendapat kalau penggunaan "Artisanal" (yang merupakan gabungan dari kata "Artisan" dan "Anal" / Mulut) dimaksudkan untuk menekankan kalau produk (kuliner) yang dibuat adalah produk makanan yang dinimati oleh mulut, sehingga produk tersebut berbeda dengan produk ukiran tangan.

Meski demikian, penggunaan "Artisanal" justru menimbulkan kerancuan tersendiri, karena artinya menjadi "produk kerajinan tangan yang dinikmati dengan mulut". Well... Anda paham kan maksudnya?



5.GOURMET
Banyak orang Indonesia yang salah kaprah dengan istilah ini, karena menganggap istilah ini sebagai  "produk olahan pangan" atau "hidangan". Jadi masakan apapun - bahkan cah kangkung dan donat sekalipun pun - disebut "gourmet".
Contoh Gourmet "sederhana"
Istilah ini adalah istilah Perancis yang awalnya hanya digunakan untuk menyebutkan orang yang punya keahlian mengecap rasa angur. Di abad 18, istilah ini digunakan bangsa Sparta dan Roma untuk menyebut "orang-orang yang suka makan makanan enak dalam porsi yang banyak" alias Rakus.

Di masa kini, istilah "Gourmet" telah digunakan untuk menyebutkan makanan yang dibuat dengan teknik dan tingkat kerumitan tinggi. Selain itu, Chef berkaliber tinggi dan punya kemampuan masak sangat baik dikenal dengan sebutan "Gourmet Chef". Jika merunut pada sejarah istilahnya, Anda paham kan mengapa mereka disebut demikian?



6. FOODIE
Istilah ini cukup populer di kalangan penggemar kuliner. Secara harafiah, Foodie berarti "orang-orang yang suka makan atau punya perhatian khusus pada makanan". Foodie pun merujuk pada orang-orang yang mencari pengalaman makan atau menjadikan makan sebagai sebuah hobi. Jadi tidak heran jika orang-orang seperti ini gemar menjelajah ke mana-mana hanya untuk mencari makanan-makanan eksotik di berbagai tempat.

Meski terdengar keren, Foodie sebenarnya istilah "rendahan" di dunia Kuliner Dunia. Kata ini mulai muncul pada tahun 1980-an dan pertama kali digunakan oleh Gael Greene, penulis di New York Magazine. Awalnya, kata "Foodie" tidak bermakna apa-apa, dan hanya sebuah istilah kuliner yang kedengaran "gaul" saja.

Deskripsi istilah ini baru muncul dan dijabarkan pada tahun 1982 oleh Ann Barr dan Paul Levy, jurnalis makanan, yang menyebutkan bahwa Foodie berarti "seseorang yang punya nafsu makan yang sangat mengerikan, dengan perut yang lebih besar dari bola matanya, tidak mengenal kenyang, dan hidup hanya untuk makan". Istilah ini mereka bakukan dalam buku mereka, The Official Foodie Handbook, yang terbit tahun 1984.

Hingga hari ini, istilah Foodie masih sama dan belum berubah. Di Indonesia, masih banyak orang yang salah kaprah menyebut "Foodie" kepada orang-orang yang punya perhatian khusus terhadap makanan atau Ahli Kuliner. Padahal kalau saja mereka tahu arti kata tersebut, mungkin mereka enggan disebut "Foodie" lagi.....



7. RUSTIC
Banyak orang salah kaprah dengan menggunakan istilah "Rustic" sebagai istilah untuk menyebutkan masakan tradisional / masakan pinggiran kota / masakan etnik. Padahal dalam dunia kuliner tidak demikian.

Rustic (atau "Rural") memang berarti "area pinggiran kota" atau "daerah pedesaan".  Istilah Rustic kerap digunakan oleh para pembawa acara kuliner untuk menyebutkan sebuah makanan yang sangat etnik atau dimasak menggunakan alat-alat sederhana yang disajikan dengan gaya khas orang desa. 

Merujuk pada istilah itu, Anda jangan berharap untuk dapat menikmati masakan yang elegan layaknya di restoran berkelas. Rustic atau Rustic Food adalah masakan yang dimasak di lapangan terbuka, di mana bahan-bahannya terkadang dicuci ala kadarnya (atau bahkan tidak dicuci sama sekali, langsung dicabut dari tanah dan dikebas-kebas untuk membuang tanahnya).


Jangan berharap pula Chef yang memasak masakan itu memperhatikan ke-higienis-an masakan yang disajikan, karena dia tidak akan mencuci tangannya. Jangan bertanya "kenapa?" karena memang konsep masaknya adalah "kembali ke alam". Jadi semua masakan Rustic adalah masakan "alami". Bahkan penyajian makanannya pun bisa di mana saja : daun pisang, potongan kulit kayu, talenan / chopping board, panci, atau bahkan digeletakkan begitu saja di lantai (biasanya lantai kayu agar terlihat lebih natural).

Rustic lebih mengedepankan sisi artistik dan keseimbangan antara alam dan masakan yang mereka buat. Buat mereka, kelezatan kuliner yang sebenarnya didapat dari aroma alam yang dipadu dengan bumbu-bumbu dan bahan masakan segar yang diperoleh di alam.

Jadi jika diajak menikmati Rustic Food, Anda harus siap mental saat melihat proses memasak dan menikmati makanan yang disajikan. Karena semuanya akan serba "alami". Masakannya sudah pasti enak, segar, dan alami. Hanya saja : Apakah perut Anda kuat?



8. GASTROPUB
Gastropub adalah restoran kelas tinggi yang menjual bir dan makanan. Istilah ini dipopulerkan David Eyre dan Mike Belben di Inggris tahun 1991, ketika mereka mengambil alih bar di Clerkenwell, London.

Mencoba tampil beda dengan bar umum di Inggris saat itu (yang hanya menjual bir dan cemilan ringan), David dan Mike membuka bar mereka dengan menjual masakan untuk makan siang seperti stik, kue pie, ayam panggang, hamburger, lasagna, dan lain-lain. Karena bar yang mereka buka untuk "mengenyangkan" para konsumennya, maka mereka menyebut bar mereka dengan sebutan "Gastropub".  Gaya bar mereka ternyata sukses dan banyak orang kemudian mengikutinya. Gastropub pun menjadi gaya hidup masyarakat Inggris dan menjadi fenomena sepanjang era 1990-an, bahkan kini telah menjamur hingga Amerika Serikat.

Meski merupakan istilah yang keren, namun nama "Gastropub" sendiri terdengar sedikit menjijikkan untuk penggemar kuliner. Masalahnya "Gastro" sendiri berarti "saluran pencernaan". Dan "Pub" mengingatkan kita pada istilah "Poop" yang berarti "buang air besar". Jadi jika kedua kata itu digabung, apa jadinya?



9. CAPON
Ini adalah istilah untuk menyebut ayam berdaging empuk, kenyal, dan manis sekali. Anda pasti mengira ayam tersebut adalah ayam suntik atau ayam yang diberi hormon. Faktanya, ayam yang Anda makan justru adalah ayam sehat yang tidak diberi bahan kimia apapun.
Capon
Bagaimana mungkin bisa mendapatkan ayam sedemikian gemuk, besar, berdaging empuk, kenyal, tapi tidak mengandung bahan kimia? Jawabannya adalah : Karena ayam tersebut adalah Ayam Kebiri. Ya, dalam bahasa Spanyol, Capon memang berarti "Ayam Kebiri". Untuk mendapatkan daging ayam dengan kualitas terbaik, banyak orang yang mengebiri ayam jantan. Pasca kebiri, ayam jantan justru tumbuh jauh lebih sehat dan besar. Teknik kebiri ayam sudah dilakukan sejak tahun 162 Sebelum Masehi oleh masyarakat Romawi Kuno. Dengan teknik ini, mereka menciptakan Ayam Capon bertubuh besar dengan daging sangat tebal dan lezat.

Capon sangat populer di Eropa, khususnya di Perancis. Salah satu masakan yang paling terkenal menggunakan daging ini adalah Bresse (Chapon de Breese) dan Breese Pate Bleue yang merupakan masakan ayam terbaik dan termahal di dunia.



10. HOT DOG
Hingga hari ini, masih banyak orang memperdebatkan istilah "Hot Dog". Ya, secara bentuk, tidak terlihat produk ini berbentuk daging atau menggunakan daging anjing. Secara fisik juga hanya sederhana : Roti panjang dibelah tengah, dan diisi daging sosis, serta dengan tambahan saus mayoneise, saos tomat, dan bawang putih. Jika demikian, lalu mengapa namanya Hot Dog?

Sejarah Hot Dog memang tidak jelas. Tapi diduga, Hot Dog sudah mulai dikenal sejak abad 13, dan orang Jerman adalah masyarakat dunia pertama yang menikmati makanan ringan ini. Lahir di Frankfurt, roti sosis ini pertama kali dikenal dengan nama Frankfurter Wurstchen. Daging yang dipakai pada waktu itu adalah daging babi yang dibuat menjadi sosis. Roti ini mulai dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1870-an, ketika Charles Feltman, imigran asal Jerman, membuka gerai sosis dan menjualnya di Coney Island yang terletak di Brooklyn, New York City, Amerika Serikat. Waktu itu dia menjual produknya dengan nama Frankfurter Wulrstel, atau disingkat Frankfurter saja.

Pada tahun 1880-an, daging babi sangat sulit diperoleh di Amerika Serikat karena mahal dan terbatas. Masyarakat kemudian menggunakan daging anjing sebagai pengganti daging babi untuk sosis (yaiks... !!). Penggunaan daging anjing ini berlangsung hingga awal abad 20, di mana masyarakat kembali menggunakan daging babi setelah pasokan daging tersebut mulai membludak di pasaran.

Istilah "Hot Dog" digunakan pertama kali oleh Thomas Aloysius Dorgan, seorang kartunis surat kabar, pada tahun 1906 yang menulis tentang penjualan roti isi sosis bernama "Hot Dog" di balapan sepeda yang diadakan di Madison Square Garden pada tanggal 12 Desember 1906. Penggunaan istilah itu kemudian digunakan oleh media cetak lain, yang akhirnya menjadikan istilah "Hot Dot" tersebut populer dan digunakan hingga hari ini.






Comments

Popular posts from this blog

10 Kata Makian Paling Populer di Dunia : Sejarah & Asal Usulnya

10 Video Klip Paling Vulgar dan "Berani"

10 Goyang Dangdut Paling Maut