Asal-Usul Nama Ekstrim Makanan Indonesia
Indonesia sangat terkenal dengan makanan-makanannya yang sangat beragam dan menggugah selera. Mulai dari Sabang hingga Marauke, terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan kuliner unik dan menarik yang patut untuk dicoba. Dari semua makanan tersebut, terdapat beberapa makanan yang telah melegenda karena kelezatan serta namanya yang terbilang "ekstrim". Keunikan namanya itulah yang sering kali membuat penasaran banyak orang, yang pada akhirnya memburu makanan itu untuk mencobanya.
Berikut ini adalah sebagian makanan khas Indonesia yang memiliki nama ekstrim, serta sejarah awal mula penggunaan nama unik itu pada makanan tersebut.
NASI KUCING
Orang-orang tentu mengenal Nasi Ayam atau Nasi Bebek, yaitu nasi dengan lauk ayam atau bebek. Di Indonesia, Nasi Ayam dan Nasi Bebek merupakan makanan yang sangat umum dan ada di mana-mana. Namun bagaimana dengan Nasi Kucing? Apakah sama konteksnya dengan Nasi Ayam, di mana nasi tersebut dimakan dengan lauk daging kucing? Wa... kalo beneran, tentu bakal muntah semua orang yang mencoba memakannya.
Nasi Kucing - atau dalam bahasa Jawa dikenal juga dengan sebutan Sego Kucing - adalah menu yang sangat populer di Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta dan Semarang. Biasanya menu ini dijual di warung angkringan di pinggir jalan. Menu ini adalah nasi rames dengan tambahan berbagai jenis sayur-sayuran berupa tempe kering, teri goreng, sambal goreng, babat, bandeng, usus, ceker ayam, dan satu telur puyuh. Lha, kalau menunya selengkap itu, mengapa disebut Nasi Kucing? Ini dikarenakan porsi nasinya yang sangat sedikit. Di atas nasinya ada taburan suwiran daging ikan, seperti pakan untuk kucing. Karena itulah, nasi rames sedap ini disebut Nasi Kucing.
Di masa lalu, Nasi Kucing merupakan menu favorit para mahasiswa karena harganya yang murah, dan rasanya yang mantap. Tapi sekarang, Nasi Kucing tidak saja hanya dijual di warung angkringan. Beberapa rumah makan berkelas di beberapa kota besar pun telah menjual paket Nasi Kucing sebagai salah satu menu andalan mereka, yang juga diminati banyak pengunjung.
NASI KALONG
Meski namanya cukup ngeri di telinga, tapi - sama seperti Nasi Kucing - Nasi Kalong bukanlah nasi dengan menu daging kalong. Nasi Kalong merupakan Nasi berwarna hitam (yang dibuat dari nasi merah yang dicampur dengan kluwek, serta anek bumbu seperti cabe, daun salam, bawang merah, dan kelapa parut) yang dapat dimakan bersama dengan tambahan lauk lain, seperti Tumis Buncis Bakar, Ayam Goreng Madu, dan lain-lain.
Selain warna nasinya yang hitam, Nasi Kalong juga melegenda karena waktu bukanya di malam hari, mulai jam 19.00 hingga pukul 03.00 dini hari, yang mana waktu itu merupakan waktu beraktivitas binatang nocturna tersebut.
Anda bisa temukan Nasi Kalong di Bandung, dan merupakan salah satu kuliner terkenal di Kota Paris van Java tersebut.
KERUPUK MELARAT / KERUPUK MISKIN
Di Cirebon, Anda akan menemukan cemilan khas Kota Udang tersebut yang dikenal dengan sebutan Kerupuk Melarat. Hmm... apakah itu berarti krupuk itu adalah hasil usaha para pengemis dan orang miskin di kota tersebut. Ternyata bukan.
Disebut Krupuk Melarat karena bentuknya yang persegi dan berwarna-warni pucat. Jika sekilas dilihat, bentuk Krupuk itu mirip dengan kain tambalan yang biasa digunakan para pengemis Kaypang (yang ada di film-film kung fu Hong Kong). Karena itu, kerupuk ini disebut dengan sebutan Krupuk Melarat atau Krupuk Miskin. Keunikan dari krupuk ini adalah proses penggorengannya menggunakan pasir panas, bukan minyak goreng, sehingga dijamin bebas kolesterol dan sangat aman dikonsumsi, walau dalam jumlah banyak sekalipun.
ES POCONG
Di Depok, terdapat kedai es yang sangat populer yang dikenal dengan sebutan Warung Es Pocong. Menu favorit yang ditawarkan warung tersebut adalah Es Pocong. Selain itu, ada juga minuman lain yang cukup populer seperti Black Magic, Es Kolor Ijo, Es Setan Merah, Es Sundel Bolong, Es Kuntilanak, dan Es Jelangkung. Mereka pun menyajikan menu makanan favorit yang juga banyak diminati banyak orang : Nasi Uduk Tuyul. Wadoh.... apa yang jualan itu para hantu ya?
Hahahhaa.... bukan.... bukan. Yang jual ya manusia juga kayak kita-kita. Dan dijamin mereka bukan pengikut ajaran sesat atau pengumpul para setan dan jin. Ide penggunaan nama seram ini dikarenakan warung es tersebut terletak di pinggir Jalan Margonda Raya dekat Jalan Sawo, Depok, yang mana tempat itu adalah kawasan kuburan. Karena itu, nama-nama menunya pun disamakan dengan nama hantu-hantu kuburan. Tidak disangka, berkat nama-nama seram itu, Warung Es Pocong jadi rame dan terkenal hingga hari ini.
ROTI BUAYA
Sebagai salah satu menu tradisional masyarakat Betawi, Roti Buaya merupakan roti khas yang selalu digunakan dalam acara seserahan pernikahan. Biasanya Roti Buaya sepanjang 50 sentimeter tersebut dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki untuk keluarga mempelai wanita.
Apakah Roti Buaya isinya daging buaya, sehingga dianggap penting dan sakral sekali serta wajib ada dalam acara tersebut? Ternyata tidak. Roti Buaya ya roti ragi biasa tanpa isi. Karena bentuknya seperti buaya maka dinamakan Roti Buaya. Cukup sederhana sekali.
Bagi masyarakat Betawi, Roti Buaya adalah roti simbol ungkapan kesetiaan pasangan untuk menikah sehidup-semati. Konon, Buaya hanya menikah sekali seumur hidup. Dan roti adalah bentuk kemampanan ekonomi, karena di masa lalu hanya orang kayalah yang bisa makan roti. Berangkat dari simbol itulah, maka masyarakat Betawi mewajibkan mempelai laki-laki wajib membawa Roti Buaya.
SATE LALAT
Di Madura, ada menu yang bikin kening berkerut : Sate Lalat. Wadoh.... bisa-bisa sakit perut kalo menyantap sate ini. Hahaha.... Anda rugi banget kalo tidak mencoba menu ini. Meski namanya Sate Lalat, tapi tidak berarti terbuat dari daging lalat.
Bahan utama sate ini adalah daging ayam. Bedanya dengan sate yang biasa, sate ini dipotong dengan ukuran yang sangat kecil dan tipis dari ukuran daging sate pada umumnya. Karena potongan dagingnya yang kecil dan mirip lalat itulah, maka sate ini pun kemudian dikenal dengan nama Sate Lalat.
Anda bisa menemukan Sate Lalat ini di daerah Pamekasan, Madura.
OSENG-OSENG MERCON
Masakan khas Yogyakarta ini sudah sangat terkenal di kalangan penikmat kuliner. Dari namanya saja, mungkin penikmat kuliner sudah bisa menduga kalau makanan tersebut menggunakan bahan yang bisa "meledak" di mulut seperti mercon. Ya, benar. Bahan dasar Oseng-oseng Mercon adalah daging sapi dan kikil yang ditumis atau dioseng dengan minyak yang banyak, ditambah kecap, merica, dan cabe rawit yang cukup banyak.
Saat disajikan, Oseng-oseng Mercon tampak sangat tidak menarik. Strukturnya berlendir menggumpal dengan dipenuhi banyak irisan cabe. Namun kalau sudah dimakan, wuih..... rasanya mantap sekali. Apalagi ditemani dengan nasi panas yang masih mengebul.... Luar biasa. Oseng-Oseng Mercon disebut juga Oseng-Oseng Bledek (Halilintar) karena rasanya yang meledak dan mengejutkan bak halilintar.
Jika Anda ke Yogyakarta, Oseng-Oseng Mercon banyak ditemui di seluruh penjuru kota, mulai dari pinggiran jalan hingga rumah makan. Namun yang paling populer adalah di Jalan K.H. Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Di sanalah Oseng-oseng Mercon pertama kali dijual (sejak tahun 1997).
PERKEDEL BONDON
Buat yang belum tahu, cap negatif pasti langsung disematkan pada makanan ini karena Anda tentu mengira yang menjualnya adalah wanita tuna susila (yang dalam bahasa Sunda disebut "bondon") untuk menarik para pria buaya darat. Padahal bukan demikian maksudnya.
Perkedel Bondon adalah salah satu makanan favorit masyarakat Bandung yang sudah ada sejak tahun 1980. Dijual di pinggiran Stasiun Kereta Api Kota, Perkedel Bondon sudah langsung menarik minat banyak orang untuk mencicipinya. Disebut dengan "Perkedel Bondon" karena baru dijual tengah malam (pukul 00.00) hingga subuh (04.00), sama seperti "jam kerja" para wanita tuna susila pada umumnya. Meski dijual semalam itu, namun tidak mengurangi minat pengunjung untuk mengantri guna menikmati makanan ini.
MODEL
Sekilas, tentu Anda kira kalau makanan khas Palembang ini awalnya dibuat oleh model atau peragawati asal Palembang. Padahal bukan itu. Model adalah adonan berbentuk bulat besar yang dibuat dari campuran ikan dan tepung kanji yang diadon kemudian direbus. Biasanya di dalam model tersebut diisi tahu atau telur ayam.
Model biasanya disajikan dengan kuah kaldu udang dengan tambahan jamur kuping, sedap malam, potong bangkuang, dan sohun.
Nama "Model" sendiri sebenarnya berarti "varian / versi lain", karena pada kenyataannya cara pembuatan Model tidak jauh berbeda dengan pembuatan pempek yang juga merupakan makanan khas Palembang. Yang membedakan Model dan Pempek hanya pada bentuk penyajiannya di mana model menggunakan kuah, sedangkan pempek biasanya disajikan kering dan dimakan dengan dicocol sambal cuka
PEMPEK KAPAL SELAM
Salah satu makanan khas Palembang lain yang cukup populer di Nusantara ini adalah Pempek atau Empek-Empek. Dalam bahasa Palembang, istilah "Pempek" atau "Empek-empek" sendiri bermakna Orang Tua, sehingga sudah mengundang pertanyaan banyak orang mengenai asal-muasal namanya.
Menurut Sejarah, Pempek sendiri telah ada sejak abad 16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di Kesultanan Palembang Darussalam. Di masa itu ada seorang kakek tua keturunan Tionghua yang tinggal di Perakitan (tepian Sungai Musi) prihatin karena melihat membludagnya ikan tangkapan nelayan, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh penduduk. Karena itu, dia menggiling ikan-ikan yang ada, kemudian dicampur dengan tepung tapioka, menghasilkan makanan baru. Sang kakek kemudian menjual makanan baru itu dengan cara bersepeda berkeliling kota. Setiap kali ada yang ingin membeli makanan buatannya, orang-orang memanggil "Pek... Apek" (yang berarti Pak Tua atau Orang Tua) kepadanya. Dari sanalah, kemudian makanan yang dibuat sang kakek tua disebut Pempek.
Pempek sendiri memiliki banyak varian. Salah satunya yang paling populer adalah Pempek Kapal Selam. Sekilas namanya cukup "mengerikan" karena orang membayangkan pempek tersebut terbuat dari besi baja yang besar. Padahal bukan itu maksudnya. Pempek Kapal Selam adalah pempek yang diisi telur ayam dan dibentuk setengah lingkaran. Saat direbus, pempek tersebut akan terangkat ke atas air rebusan seperti kapal selam yang naik ke permukaan air. Dari sanalah orang mengenal pempek tersebut sebagai Pempek Kapal Selam.
Berikut ini adalah sebagian makanan khas Indonesia yang memiliki nama ekstrim, serta sejarah awal mula penggunaan nama unik itu pada makanan tersebut.
NASI KUCING
Orang-orang tentu mengenal Nasi Ayam atau Nasi Bebek, yaitu nasi dengan lauk ayam atau bebek. Di Indonesia, Nasi Ayam dan Nasi Bebek merupakan makanan yang sangat umum dan ada di mana-mana. Namun bagaimana dengan Nasi Kucing? Apakah sama konteksnya dengan Nasi Ayam, di mana nasi tersebut dimakan dengan lauk daging kucing? Wa... kalo beneran, tentu bakal muntah semua orang yang mencoba memakannya.
Nasi Kucing - atau dalam bahasa Jawa dikenal juga dengan sebutan Sego Kucing - adalah menu yang sangat populer di Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta dan Semarang. Biasanya menu ini dijual di warung angkringan di pinggir jalan. Menu ini adalah nasi rames dengan tambahan berbagai jenis sayur-sayuran berupa tempe kering, teri goreng, sambal goreng, babat, bandeng, usus, ceker ayam, dan satu telur puyuh. Lha, kalau menunya selengkap itu, mengapa disebut Nasi Kucing? Ini dikarenakan porsi nasinya yang sangat sedikit. Di atas nasinya ada taburan suwiran daging ikan, seperti pakan untuk kucing. Karena itulah, nasi rames sedap ini disebut Nasi Kucing.
Di masa lalu, Nasi Kucing merupakan menu favorit para mahasiswa karena harganya yang murah, dan rasanya yang mantap. Tapi sekarang, Nasi Kucing tidak saja hanya dijual di warung angkringan. Beberapa rumah makan berkelas di beberapa kota besar pun telah menjual paket Nasi Kucing sebagai salah satu menu andalan mereka, yang juga diminati banyak pengunjung.
NASI KALONG
Meski namanya cukup ngeri di telinga, tapi - sama seperti Nasi Kucing - Nasi Kalong bukanlah nasi dengan menu daging kalong. Nasi Kalong merupakan Nasi berwarna hitam (yang dibuat dari nasi merah yang dicampur dengan kluwek, serta anek bumbu seperti cabe, daun salam, bawang merah, dan kelapa parut) yang dapat dimakan bersama dengan tambahan lauk lain, seperti Tumis Buncis Bakar, Ayam Goreng Madu, dan lain-lain.
Selain warna nasinya yang hitam, Nasi Kalong juga melegenda karena waktu bukanya di malam hari, mulai jam 19.00 hingga pukul 03.00 dini hari, yang mana waktu itu merupakan waktu beraktivitas binatang nocturna tersebut.
Anda bisa temukan Nasi Kalong di Bandung, dan merupakan salah satu kuliner terkenal di Kota Paris van Java tersebut.
KERUPUK MELARAT / KERUPUK MISKIN
Di Cirebon, Anda akan menemukan cemilan khas Kota Udang tersebut yang dikenal dengan sebutan Kerupuk Melarat. Hmm... apakah itu berarti krupuk itu adalah hasil usaha para pengemis dan orang miskin di kota tersebut. Ternyata bukan.
Disebut Krupuk Melarat karena bentuknya yang persegi dan berwarna-warni pucat. Jika sekilas dilihat, bentuk Krupuk itu mirip dengan kain tambalan yang biasa digunakan para pengemis Kaypang (yang ada di film-film kung fu Hong Kong). Karena itu, kerupuk ini disebut dengan sebutan Krupuk Melarat atau Krupuk Miskin. Keunikan dari krupuk ini adalah proses penggorengannya menggunakan pasir panas, bukan minyak goreng, sehingga dijamin bebas kolesterol dan sangat aman dikonsumsi, walau dalam jumlah banyak sekalipun.
ES POCONG
Di Depok, terdapat kedai es yang sangat populer yang dikenal dengan sebutan Warung Es Pocong. Menu favorit yang ditawarkan warung tersebut adalah Es Pocong. Selain itu, ada juga minuman lain yang cukup populer seperti Black Magic, Es Kolor Ijo, Es Setan Merah, Es Sundel Bolong, Es Kuntilanak, dan Es Jelangkung. Mereka pun menyajikan menu makanan favorit yang juga banyak diminati banyak orang : Nasi Uduk Tuyul. Wadoh.... apa yang jualan itu para hantu ya?
Hahahhaa.... bukan.... bukan. Yang jual ya manusia juga kayak kita-kita. Dan dijamin mereka bukan pengikut ajaran sesat atau pengumpul para setan dan jin. Ide penggunaan nama seram ini dikarenakan warung es tersebut terletak di pinggir Jalan Margonda Raya dekat Jalan Sawo, Depok, yang mana tempat itu adalah kawasan kuburan. Karena itu, nama-nama menunya pun disamakan dengan nama hantu-hantu kuburan. Tidak disangka, berkat nama-nama seram itu, Warung Es Pocong jadi rame dan terkenal hingga hari ini.
ROTI BUAYA
Sebagai salah satu menu tradisional masyarakat Betawi, Roti Buaya merupakan roti khas yang selalu digunakan dalam acara seserahan pernikahan. Biasanya Roti Buaya sepanjang 50 sentimeter tersebut dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki untuk keluarga mempelai wanita.
Apakah Roti Buaya isinya daging buaya, sehingga dianggap penting dan sakral sekali serta wajib ada dalam acara tersebut? Ternyata tidak. Roti Buaya ya roti ragi biasa tanpa isi. Karena bentuknya seperti buaya maka dinamakan Roti Buaya. Cukup sederhana sekali.
Bagi masyarakat Betawi, Roti Buaya adalah roti simbol ungkapan kesetiaan pasangan untuk menikah sehidup-semati. Konon, Buaya hanya menikah sekali seumur hidup. Dan roti adalah bentuk kemampanan ekonomi, karena di masa lalu hanya orang kayalah yang bisa makan roti. Berangkat dari simbol itulah, maka masyarakat Betawi mewajibkan mempelai laki-laki wajib membawa Roti Buaya.
SATE LALAT
Di Madura, ada menu yang bikin kening berkerut : Sate Lalat. Wadoh.... bisa-bisa sakit perut kalo menyantap sate ini. Hahaha.... Anda rugi banget kalo tidak mencoba menu ini. Meski namanya Sate Lalat, tapi tidak berarti terbuat dari daging lalat.
Bahan utama sate ini adalah daging ayam. Bedanya dengan sate yang biasa, sate ini dipotong dengan ukuran yang sangat kecil dan tipis dari ukuran daging sate pada umumnya. Karena potongan dagingnya yang kecil dan mirip lalat itulah, maka sate ini pun kemudian dikenal dengan nama Sate Lalat.
Anda bisa menemukan Sate Lalat ini di daerah Pamekasan, Madura.
OSENG-OSENG MERCON
Masakan khas Yogyakarta ini sudah sangat terkenal di kalangan penikmat kuliner. Dari namanya saja, mungkin penikmat kuliner sudah bisa menduga kalau makanan tersebut menggunakan bahan yang bisa "meledak" di mulut seperti mercon. Ya, benar. Bahan dasar Oseng-oseng Mercon adalah daging sapi dan kikil yang ditumis atau dioseng dengan minyak yang banyak, ditambah kecap, merica, dan cabe rawit yang cukup banyak.
Saat disajikan, Oseng-oseng Mercon tampak sangat tidak menarik. Strukturnya berlendir menggumpal dengan dipenuhi banyak irisan cabe. Namun kalau sudah dimakan, wuih..... rasanya mantap sekali. Apalagi ditemani dengan nasi panas yang masih mengebul.... Luar biasa. Oseng-Oseng Mercon disebut juga Oseng-Oseng Bledek (Halilintar) karena rasanya yang meledak dan mengejutkan bak halilintar.
Jika Anda ke Yogyakarta, Oseng-Oseng Mercon banyak ditemui di seluruh penjuru kota, mulai dari pinggiran jalan hingga rumah makan. Namun yang paling populer adalah di Jalan K.H. Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Di sanalah Oseng-oseng Mercon pertama kali dijual (sejak tahun 1997).
PERKEDEL BONDON
Buat yang belum tahu, cap negatif pasti langsung disematkan pada makanan ini karena Anda tentu mengira yang menjualnya adalah wanita tuna susila (yang dalam bahasa Sunda disebut "bondon") untuk menarik para pria buaya darat. Padahal bukan demikian maksudnya.
Perkedel Bondon adalah salah satu makanan favorit masyarakat Bandung yang sudah ada sejak tahun 1980. Dijual di pinggiran Stasiun Kereta Api Kota, Perkedel Bondon sudah langsung menarik minat banyak orang untuk mencicipinya. Disebut dengan "Perkedel Bondon" karena baru dijual tengah malam (pukul 00.00) hingga subuh (04.00), sama seperti "jam kerja" para wanita tuna susila pada umumnya. Meski dijual semalam itu, namun tidak mengurangi minat pengunjung untuk mengantri guna menikmati makanan ini.
MODEL
Sekilas, tentu Anda kira kalau makanan khas Palembang ini awalnya dibuat oleh model atau peragawati asal Palembang. Padahal bukan itu. Model adalah adonan berbentuk bulat besar yang dibuat dari campuran ikan dan tepung kanji yang diadon kemudian direbus. Biasanya di dalam model tersebut diisi tahu atau telur ayam.
Model biasanya disajikan dengan kuah kaldu udang dengan tambahan jamur kuping, sedap malam, potong bangkuang, dan sohun.
Nama "Model" sendiri sebenarnya berarti "varian / versi lain", karena pada kenyataannya cara pembuatan Model tidak jauh berbeda dengan pembuatan pempek yang juga merupakan makanan khas Palembang. Yang membedakan Model dan Pempek hanya pada bentuk penyajiannya di mana model menggunakan kuah, sedangkan pempek biasanya disajikan kering dan dimakan dengan dicocol sambal cuka
PEMPEK KAPAL SELAM
Salah satu makanan khas Palembang lain yang cukup populer di Nusantara ini adalah Pempek atau Empek-Empek. Dalam bahasa Palembang, istilah "Pempek" atau "Empek-empek" sendiri bermakna Orang Tua, sehingga sudah mengundang pertanyaan banyak orang mengenai asal-muasal namanya.
Menurut Sejarah, Pempek sendiri telah ada sejak abad 16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di Kesultanan Palembang Darussalam. Di masa itu ada seorang kakek tua keturunan Tionghua yang tinggal di Perakitan (tepian Sungai Musi) prihatin karena melihat membludagnya ikan tangkapan nelayan, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh penduduk. Karena itu, dia menggiling ikan-ikan yang ada, kemudian dicampur dengan tepung tapioka, menghasilkan makanan baru. Sang kakek kemudian menjual makanan baru itu dengan cara bersepeda berkeliling kota. Setiap kali ada yang ingin membeli makanan buatannya, orang-orang memanggil "Pek... Apek" (yang berarti Pak Tua atau Orang Tua) kepadanya. Dari sanalah, kemudian makanan yang dibuat sang kakek tua disebut Pempek.
Pempek sendiri memiliki banyak varian. Salah satunya yang paling populer adalah Pempek Kapal Selam. Sekilas namanya cukup "mengerikan" karena orang membayangkan pempek tersebut terbuat dari besi baja yang besar. Padahal bukan itu maksudnya. Pempek Kapal Selam adalah pempek yang diisi telur ayam dan dibentuk setengah lingkaran. Saat direbus, pempek tersebut akan terangkat ke atas air rebusan seperti kapal selam yang naik ke permukaan air. Dari sanalah orang mengenal pempek tersebut sebagai Pempek Kapal Selam.
Comments
Post a Comment