Asal Usul Istilah Indonesia - Kenapa Genit Disebut "Mata Keranjang"?

Anda mungkin pernah bertanya-tanya, mengapa istilah "Mata Keranjang" bisa berarti genit. Mungkin juga pernah timbul pertanyaan mengapa kalau orang yang suka uang disebut "Mata Hijau"? Ini adalah idiom-idiom bahasa Indonesia yang hingga hari ini masih diajarkan di sekolah dan digunakan secara umum oleh masyarakat. Hanya saja, tidak banyak yang tahu dari mana istilah itu berasal dan bagaimana ceritanya istilah itu menjadi "buah bibir" masyarakat. Berikut ini sejarah beberapa istilah tersebut yang mungkin saja dapat membuat kening Anda berkerut.

MATA KERANJANG
Istilah ini muncul di Batavia (Jakarta) pada tahun 1940an. Pada masa itu, banyak noni Belanda yang meluangkan waktu senggang mereka bermain olah raga. Salah satu olah raga yang mereka sukai adalah basket (bola keranjang). Masalahnya, setiap kali mereka bermain basket, banyak pemuda pribumi yang menonton. Bukan permainan para noni, tapi paha putih mulus mereka yang menjadi objek tontonan (pada saat itu, para noni Belanda bermain mengenakan celana pendek. Dan saat itu, gadis yang mengenakan celana pendek masih terbilang "hal tidak lazim" bagi masyarakat Indonesia). Karena itu, muncullah cibiran "Mata Keranjang" dari para noni Belanda kepada para pemuda pribumi. Dan hingga kini, istilah itu masih tetap digunakan oleh para wanita kepada para pria yang senang menggoda wanita lain.


BUAYA DARAT
Istilah ini pun adalah cibiran yang muncul dari para noni Belanda untuk pemuda pribumi. Di era yang sama - sekitar tahun 1940an - selain bermain basket, para noni Belanda juga suka berenang. Konyolnya, banyak pemuda pribumi (terutama anak-anak kaum bangsawan dan priyayi) yang rajin berenang setiap kali melihat para noni Belanda berada di dalam kolam renang. Bukan untuk memamerkan kemampuan berenang, namun justru para pemuda tersebut memanfaatkan kesempatan berenang bersama tersebut untuk menyelam dan "mengintip" paha para noni Belanda yang berada di bawah air. Akibat ulah jahil dan tidak sopan inilah, muncul istilah "Buaya Darat" bagi para pemuda tersebut. Dengan berjalannya waktu, istilah ini berkembang dan menjadi penyebutan untuk para pria yang senang memainkan perasaan wanita.


MATA HIJAU
Jika orang yang tepana saat melihat uang menumpuk, kita sering menyebut mata orang tersebut hijau. Bagi sebagian orang tentu akan bertanya, mengapa orang yang terpana melihat uang disebut "bermata hijau"? Mengapa bukan warna lain?

Sebenarnya ini terjadi karena di masa lalu, saat Indonesia baru merilis mata uang rupiahnya di tahun 1940an, banyak uang kertas Indonesia (dari berbagai nilai pecahan) berwarna hijau.



AIR MATA BUAYA
Istilah ini muncul setelah muncul sebuah hasil penelitian di tahun 1970 yang menyebutkan kalau buaya sering mengeluarkan air mata manakala sedang mengunyah mangsanya. Hal ini terjadi karena saat mencerna mangsa, terjadi penumpukan garam dalam tubuh buaya. Kelebihan garam tersebut kemudian dibuang lewat air mata. Dan air mata tersebut baru keluar saat buaya menggerak-gerakkan rahangnya ketika mengunyah mangsa. Istilah "Air Mata Buaya" digunakan untuk menyebutkan orang yang pura-pura sedih atau tidak tulus (menangis pura-pura).  


HIDUNG BELANG
Istilah ini muncul sekitar abad 17 di Batavia. Saat itu adalah awal penjajahan Belanda ke Indonesia di mana para tentara Belanda berada di Indonesia dalam waktu yang cukup lama tanpa ditemani kekasih atau pun keluarga mereka. Hal ini menyebabkan mereka didera oleh rasa rindu (bahkan hasrat birani menggebu-gebu).

Salah satu tentara, yaitu Gubernur Jenderal Pieter Corternhoeff diam-diam terlibat skandal dengan Saartje Specx, wanita pribumi yang juga anak angkat perwira Belanda Jan Pieterzoon Coen. Skandal ini terbongkar setelah tanpa sengaja Coen memergoki anaknya sedang bermesraan bersama Corterhoeff di kamar anak angkatnya tersebut. Keduanya langsung diseret keluar rumah, dan Corterhoeff langsung diadili. Dia dinyatakan bersama telah berbuat zina dan dihukum penjara. Sebelum meninggalkan ruang persidangan, Coen mencorengi hidung Corterhoeff dengan arang sehingga tampak belang. Sejak itulah, muncul istilah "Hidung Belang" sebagai ungkapan untuk menyebut orang yang berselingkuh.


AYAM
Ini adalah sebutan miring untuk wanita yang berprofesi atau melakukan aktivitas menjajakan cinta (sebutan kasarnya "melacurkan diri" atau "pelacur"). Munculnya istilah (yang mulai populer di tahun 80an akhir ini) ini justru berawal dari merebaknya warung pinggir jalan yang menjual menu "Ayam Goreng". Di warung seperti itu, biasanya yang dijual adalah "Paha" dan "Dada" ayam. Selain itu, warung tersebut biasanya mulai berjualan di sore menjelang malam karena mereka biasanya menempati lapak yang siang harinya digunakan orang lain sebagai tempat usaha atau buka toko. Dengan melihat kesamaan antara warung yang berjualan "Ayam Goreng" dengan aktivitas yang dilakukan wanita penjaja cinta tersebut, muncullah istilah Ayam untuk wanita-wanita tersebut. Di era 90an, istilah tersebut kemudian berkembang menjadi Ayam Desa atau Ayam Kampung (untuk menyebutkan wanita penjaja cinta yang berasal dari desa atau kampung) dan Ayam Kampus (untuk menyebutkan wanita penjaja cinta yang juga berprofesi sebagai mahasiswi)


KEPO
Banyak orang menduga jika istilah ini adalah istilah "baru" yang mulai populer sekitar tahun 2010 ini lantaran banyak artis yang menggunakanya untuk menyebut orang yang terlalu ingin tahu urusan orang lain. Padahal, "Kepo" sendiri adalah kata dari bahasa Hokkian yang berarti sama. Tidak ada sejarah pasti kapan kata ini digunakan. Namun yang pasti, kata ini sudah sangat populer dan sering digunakan oleh masyarakat Tionghua keturunan Hokkian sejak tahun 70an.


BULAN MADU
Salah satu kata serapan bahasa asing yang cukup membingungkan adalah istilah ini. Aslinya, Bulan Madu merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris : Honeymoon. Sama seperti Honeymoon, Bulan Madu bermakna perjalanan yang dilakukan oleh pasangan yang baru menikah untuk merayakan pernikahan mereka. Istilah Honeymoon dipercaya mulai dikenal pada abad 15 dan sudah dimasukkan dalam Oxford English Dictionary, di mana arti Honeymoon adalah "bulan pertama pernikahan".

Kata "honeymoon" pertama kali digunakan dalam tulisan sastra yang dibuat oleh Richard Huloet Abecedarium Anglico Latinum (1552), di mana "honeymoon" dimaknai sebagai masa awal pernikahan di mana muncul perasaan cinta yang berlebihan antara sepasang kekasih sehingga cinta mereka mengalahkan segala-galanya (termasuk pertengkaran sekalipun). 

Di Indonesia sendiri, kata "bulan madu" mulai populer tahun 1970an setelah sering digunakan dalam banyak film Indonesia. 


TUKAR GULING
Istilah ini mulai populer di tahun 1990an dan merupakan "korban salah kaprah". Aslinya kata yang berarti "pertukaran lahan dan bangunan suatu lokasi" berasal dari bahasa Belanda ("ruilen") yang berarti "bertukar / tukar". Namun ternyata "ruilen" juga berarti "berguling / guling". Entah bagaimana, mungkin karena pengguna istilah kebingungan mengadaptasi kata ini ke dalam bahasa Indonesia, maka dia menggunakan kedua arti kata "ruilen" menjadi 1 kata, yaitu "Tukar Guling". Akhirnya jadilah istilah "Tukar Guling" yang kita kenal sekarang.


MASUK ANGIN
Ini adalah salah satu "istilah medis" Indonesia yang tidak dikenal di luar negeri. Beberapa orang pernah mencoba menerjemahkan  kata ini ke dalam bahasa Inggris menjadi "Stuffed Wind", "Inserted Wind", atau bahkan "Entering Wind", tapi tidak satu pun yang bisa menjelaskan makna kondisi ini. Masuk angin adalah istilah yang digunakan oleh dokter Indonesia sejak tahun 1970an untuk menjelaskan kondisi di mana seseorang terkena angin malam dan kedinginan, sehingga perutnya kembung, tubuh panas-dingin, demam, dan kadang disertai flue serta pilek. Di luar negeri, kondisi ini diyakini sebagai mitos dan dianggap sebagai kondisi seseorang yang mengalami kelelahan dan butuh istirahat.


ANGIN DUDUK
Ini pun adalah "istilah medis" dokter Indonesia untuk menjelaskan sebuah kondisi penyakit jantung yang disebut Angina Pectoris (berasal dari bahasa Latin Angina yang berarti "tegang / kram / kaku" dan Pectus yang berarti "dada"). Istilah yang diyakini muncul di daerah Jawa Tengah sejak era 70an ini merupakan kondisi di mana seseorang merasakan kondisi tidak nyaman di dada (dada seperti ditekan, nyeri, dan tegang). Hal ini terjadi karena suplai oksigen darah ke area jantung berkurang karena penyempitan pembuluh darah.


SALAH BANTAL
Istilah ini diyakini dibuat oleh anak-anak kos yang tinggal di Bandung pada tahun 70an. Pada masa itu, anak-anak kos tinggal di kamar yang cukup sederhana (bisa terbilang sangat kecil dan sempit) serta bantal tidur seadanya. Akibat kondisi kos seperti itu, mereka tidak dapat tidur dengan nyaman dan sering kali mengalami gangguan otot leher di mana leher menjadi kaku dan sulit menoleh ke kiri dan kanan.


KAKI LIMA
Istilah ini mucul di era 70an di Jakarta sebagai sebutan untuk menyebut lokasi perdagangan di pinggir jalan. Ada 2 versi asal-muasal penyebutan istilah Kaki Lima ini. Pertama, istilah Kaki Lima digunakan untuk mendeskripsikan pedagang yang membawa gerobaknya (pedagang : 2 kaki; sedangkan gerobak 3 roda yang dihitung sebagai "3 kaki').

Kedua, istilah Kaki Lima berawal dari penyebutan trotoar di zaman Belanda pada abad 18, di mana orang Belanda menyebut trotoar sebagai 5 Feet yang juga merupakan lebar standar minimal trotoar di negaranya (5 feet = 1.5 meter). Setelah Indonesia merdeka, istilah 5 Feet tersebut dialihkan menjadi bahasa Indonesia (dengan diterjemahkan mentah-mentah) menjadi "Kaki Lima" untuk menyebutkan trotoar. Sedangkan para penjual yang berjualan di trotoar disebut Pedagang Kaki Lima (PKL).


KUMPUL KEBO
Istilah yang sudah populer sejak tahun 1970an ini bisa terbilang unik karena menggambarkan pasangan yang tidak menikah namun tinggal serumah dan melakukan hubungan s

uami-istri.Pemilihan binatang "kebo" untuk menggambarkan kondisi ini bukan tanpa alasan. Dalam kehidupan nyata, kebo atau kerbau adalah binatang yang tidak pernah terlihat melakukan hubungan badan, walau sepasang kerbau beda jenis kelamin itu dikumpulkan / dipertemukan dalam 1 kandang. Namun anehnya, selalu saja kerbau betinanya tiba-tiba hamil dan melahirkan. Istilah "Kumpul Kebo" sendiri awalnya merupakan istilah untuk menyebutkan hubungan pasangan kekasih yang tidak pernah kelihatan melakukan hubungan badan, tapi tahu-tahu sang wanita hamil. Namun lama-kelamaan, istilah itu berubah untuk menyebutkan pasangan di luar nikah yang tinggal serumah.



 

Comments

Popular posts from this blog

10 Kata Makian Paling Populer di Dunia : Sejarah & Asal Usulnya

10 Video Klip Paling Vulgar dan "Berani"

10 Goyang Dangdut Paling Maut